Saturday, January 31, 2009

Mutasi ke Jakarta


Pada perayaan Natal thn 1992. Pada saat itu Manager kebun adalah Bapak Silaban (di sebelahku)

Baru minggu lalu aku menulis disini bahwa aku harus selalu siap untuk dimutasi. Benar saja, pada hari Rabu tgl 28 Januari 2009, aku dimutasi lagi. Padahal aku baru 2 minggu bertugas di tempat baru, Sumatra Selatan. Kali ini aku dimutasi ke Jakarta. Ketika membaca SK dari perusahaan, jelas aku sangat kecewa.Yang kupikirkan adalah bagaimana keluargaku. Tetapi ketika aku menelepon istri mengabarkan aku akan ditarik ke kantor pusat perusahaan di Jakarta, istriku malah lompat-lompat dan menjerit-jerit. Dia langsung mengatakan bahwa dia akan ikut pindah ke Jakarta. Padahal selama ini ketika aku dimutasi ke Sumatra Selatan, dia tidak mau ikut pindah.
Terus terang, walaupun ada rasa kecewa, ada juga rasa senang. Sudah terlalu lama aku tinggal di kebun, inilah saatnya untuk keluar, agar wawasan bertambah. Rasa senang akan tinggal di Jakarta lebih besar dari daripada rasa kecewa terhadap mutasi itu. Tuhan itu sungguh baik. Semula kurasakan kekecewaan, tetapi kini kurasakan suka cita. Kemarin aku bilang ke istri, kita pensiun pun di Jakarta saja. Padahal sebelumnya aku tidak pernah mengatakan ingin pensiun di Balikpapan.
Semua ini rencana Tuhan. Tuhan mau melihat apakah kami tahan uji. Dan dengan pimpinan Tuhan kami akan dapat menjalaninya. Kami yakin, mutasi ini malah bisa menjadi jalan bagi kami untuk lebih sejahtera lagi. Belum pindah saja, istriku sudah dapat job sebagai guide untuk Jawa-Bali Tour. Ditambah lagi dengan rencana-rencana kami, bila sesuai rencana Tuhan, malah akan membuat hidup kami jauh lebih baik daripada ketika aku bekerja di kebun.
Kami bersyukur banyak saudara dan teman-teman yang mendukung. Ada juga yang mengasihani kami dengan mengatakan : sabar ya ....Sabar untuk apa? Sementara kami saja tidak apa-apa. Karena yakin dan percaya, Tuhan akan selalu memimpin jalan kami.
Aku juga bersyukur mempunyai istri yang selalu menopangku. Kalau dia kuat, aku kuat. Kalau dia lemah, aku lemah. Aku sukacita cita seperti ini karena semangat dari keluargaku.

No comments:

Post a Comment